Gambaran Investasi

PEARL FROM ARU ISLANDS
Dalam Draft Akhir Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Republik Indonesia (Edisi Buku Rinci Pengelolaan Perbatasan di Provinsi Maluku), disebutkan bahwa Potensi Kelolah hasil Sumber Daya Alam di Provinsi Maluku, termasuk Wilayah Kepulauan Aru di berbagai sektor sangatlah prospektif. Dalam hal ini sektor perikanan merupakan sektor unggulan, mengingat luas wilayah laut Kepulauan Aru adalah (48.844,45 Km2) atau (88,37%) dari total luas wilayah keseluruhan  (55.270,22 Km²). Sisanya, hanya (6.425,77 Km2) atau hanya (11,63%) merupakan luas daratan. Hal lain yang turut berpengaruh terhadap ketersediaan Sumber Daya Alam Laut yang potensial ini adalah letak Astronomi Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru yang juga sangat strategis pada posisi 5o sampai 9oLS dan 133,5o  sampai 136,5o BT dengan batas-batas wilayah: Sebelah Utara  berbatasan dengan Papua Barat, Sebelah Selatan  berbatasan dengan Laut Arafura dan Australia, Sebelah Barat berbatasan dengan Bagian Timur Pulau Kei Besar dan Laut Arafura, serta Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Arafura dan Kei Besar.
Sektor perikanan tangkap di Provinsi Maluku sebagai unggulan saat ini, memiliki perkiraan besaran potensi sumberdaya perikanan sebesar (1.627,500 ton/tahun) yang menyebar pada 3 (tiga) wilayah   laut-pulau, antara lain Laut Banda, Laut Seram dan Tomini, serta laut Aru dan Laut Arafura. Dari keseluruhan potensi sumberdaya perikanan tangkap tersebut diatas, tingkat pemanfaatan sampai dengan tahun 2001 baru mencapai (322.444,4 ton) atau hanya (19,81%) dari potensi yang tersedia.  
Selain potensi perikanan tangkap, terdapat potensi budidaya perikanan laut sebesar (104,91 Km2). Beberapa komoditas yang potensial adalah bididaya mutiara sebesar (0,01 ton/tahun) dan budidaya air payau sebesar (103,5 ton/tahun). Dengan demikian, perairan Laut Maluku termasuk Laut Aru serta Laut Arafura, memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan dimasa mendatang sebagai sektor utama penggerak pembangunan perekonomian daerah maupun perekonomian  nasional.

NO
KELOMPOK SUMBER DAYA IKAN
POTENSI
JBT
LAUT BANDA
LAUT MALUKU & SEKITAR
LAUT ARAFURA
POTENSI
JBT
POTENSI
JBT
POTENSI
JBT
1
Pelagis Besar
-      Tuna
-      Cakalang
-      PAruh Pnjg
-      Tongkol
-      Tenggiri

261.600
50.100
111.400
11.600
52.600
35.900

20.300
40.100
89.100
9.300
42.100
28.700

104.100
21.200
38.400
4.500
22.200
17.800

83.300
17.000
30.700
3.600
17.800
14.200

106.600
19.900
55.500
3.700
15.000
12.500

85.300
15.900
44.400
3.000
12.000
10.000

50.900
9.000
17.500
3.400
15.400
5.600

40.700
7.200
14.000
2.700
12.300
4.500
2
Pelagis Kecil
979.500
783.600
132.000
105.600
378.800
303.000
468.700
375.000
3
Demersal
339.900
271.800
9.300
7.400
83.800
67.000
246.800
197.400
4
Udang
23.100
18.400
400
300
1.200
21.500
21.500
17.200

PERIKANAN BUDIDAYA DAN TANGKAP
Jenis komoditi Non Ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi antara lain Udang, Lobster, Teripang dan Mutiara. Teripang merupakan komditi ekspor yang sangat diminati konsumen luar negeri, juga mutiara Kepulauan Aru, telah terkenal kualitas dan keindahannya sampai ke manca negara. Komoditi-komoditi tersebut sangat potensial untuk menarik investor asing yang ingin berinvestasi di kabupaten ini. Data-data mengenai produksi dan nilai produksi ikan dan non ikan di Kabupaten Kepulauan Aru tersaji secara rinci pada Daftar Lampiran Tabel ini.
Mutiara
Mutiara merupakan ikon potensi SDA Aru yang telah dikenal di seluruh Dunia. Hal ini dibuktikan dengan penjualan dan eksport produksi mutiara hasil perolehan para penyelam tradisional maupun hasil  budidaya oleh berbagai perusahaan yang beroperasi di Aru, selalu diarahkan pada pasar Eropa, Asia Tenggara dan Amerika, terutama negara-negara seperti Hongkong, China, Jepang, Prancis, dan Amerika. Beberapa negara tersebut diatas, memiliki prospek pasar yang sangat potensial, hal mana disebabkan oleh berkembangnya gaya hidup dan menjadikannya sebagai pusat-pusat mode dunia saat ini.
Ikan
Sebagai wilayah kepulauan yang didominasi oleh perairan laut, Kabupaten Kepulauan Aru menyimpan Sumber Daya Kelautan yang melimpah. Sektor Pertanian khususnya sub sektor Perikanan menjadi tulang punggung perekonomian rakyat yang masih sangat tergantung pada penyediaan hasil alam. Data Dinas Perikanan dan Kelautan mencatat sejumlah hasil laut baik ikan maupun non ikan yang mampu diproduksi perairan laut di wilayah Kepulauan Aru selama kurun waktu 2007, Ikan Tenggiri dan Ikan Kerapu adalah jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis penting. Produksi jenis ikan-ikan tersebut pada tahun 2007 tercatat sebanyak 23.943,4 ton dan 330,1 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 155.631.970.000.- dan Rp. 2.640.960.000.- Ikan merupakan sektor andalan yang sangat potensial dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Pada sektor ini, banyak investor yang berminat dan berlomba-lomba untuk berinvestasi di Kepulauan Aru, akan tetapi terbatas akan informasi dan akses untuk masuk ke wilayah ini. Tercatat beberapa perusahaan raksasa nasional yang pernah beroperasi, diantaranya PT. Daya Guna Samudera (DGS) dari Djayanti Group (milik keluarga cendana), PT. Pusaka Benjina Resource (PBR), dan beberapa perusahaan lainnya.
Rumput Laut
Rumput laut merupakan komodity yang saat ini sedang menjadi andalan usaha budidaya perikanan yang diminati, karena mudah pengerjaannya dan memiliki nilai ekonomis tinggi serta memiliki pangsa pasar yang kompetitif merambah pasar pada level pasar lokal, domestik, serta dunia. Hal ini diakibatkan oleh adanya permintaan pasar yang besar bagi industri makanan suplemen, kosmetik dan obat-obatan. Luas lahan dan ruang di wilayah Aru yang masih tersedia dalam jumlah yang besar, merupakan peluang yang pantas dan layak untuk dimanfaatkan. Pendapatan per kapita masyarakat menunjukkan angka peningkatan yang signifigan sejak mulai beralih pada usaha budidaya rumput laut. Harga lokal diKepulauan Arusaat ini berkisar antara 10.000/kg – 20.000/kg, dengan masa kerja hanya mencapai 30 hari efektif sudah bisa dinikmati hasilnya yang bernilai puluhan juta rupiah untuk nilai produksi tonage.
Teripang dan Sirip Ikan Hiu
Teripang dan sirip ikan hiu memiliki nilai ekonomis tinggi. Pasar yang dituju adalah sama halnya dengan berbagai komoditi perikanan lainnya seperti mutiara dan rumput laut. Harga jual lokal saat ini mencapai 1.000.000 – 1.500.000/kg. Ketersediaannya dalam jumlah lahan dan ruang yang cukup, khususnya teripang yang dapat dibudidaya dalam tambak.
Udang
Seakan tak mau kalah dengan potensi perikanan lainnya, udang juga merupakan peluang usaha yang menjanjikan, didukung dengan stok tersedia yang cukup memadai. Udang Banana, Udang Harimau dan Udang Lobster yang menjadi item andalan dalam produk yang satu ini. Ketersediaan stok udang dalam jumlah yang besar karena didukung oleh topografi alam Aru yang berawa-rawa dengan hutan bakau merata hampir di seluruh pesisir pantai Aru bagi udang banana dan harimau, sedangkan untuk Udang Lobster, luas wilayah laut yang cukup besar (80% lebih) mendukung ketersediaan stok dan ruang usaha yang besar. Pasar yang potensial adalah Bali, Jawa, dan manca negara dengan nilai permintaan dan ekonomis yang sangat tinggi, merupakan peluang yang layak direkomendasikan dalam investasi.
Dari hasil udang, diproduksilah secara tradisional, berbagai produk lainnya, semisal terasi udang asli. Keunggulan terasi udang Aru ini adalah murni diproses secara alami tanpa bahan pengawet atau zat kimia apapun yang merugikan. Saat ini, terasi udang asli Aru mulai merambah berbagai pasar lokal di maluku. Tentu saja patut dipertimbangkan sebagai salah satu sumber investasi yang pantas diperhitungkan bersamaan dengan potensi bisnis lainnya.
Kepiting
Sama halnya dengan udang, Kepiting merupakan salah satu lahan bisnis yang memiliki nilai ekonomis dan pangsa pasar yang baik, khususnya pasar domestik, di Bali, Papua, Sulawesi, Jawa. Kepiting juga tersedia dalam jumlah yang cukup secara alami, walaupun pengusahaannya oleh masyarakat masih bersifat tradisional dengan peralatan seadanya (sangat sederhana, seperti terlihat pada gambar di samping ini, juga wilayah rawa dan hutan mangrove yang mendukung ketersediaan stok secara alami).
Rata-rata para investor yang tertarik untuk menggeluti bidang ini, datang dari berbagai daerah di indonesia, dengan pola kerja sama yang saling menguntungkan dengan para pengusaha lokal maupun langsung dengan masyarakat pedesaan. Belum digarapnya secara maksimal selama ini, hanya karena kurangnya promosi kepada dunia luar. Kalaupun ada investor yang terarik untuk menggelutinya, biasanya setelah terjadi transaksi dengan pengausaha lokal, selanjutnya tertarik dan bekerja sama.

Komentar

Jargaria mengatakan…
Mohon diperbaiki tata letaknya agar menarik dibaca.
TQs.
aruislands.com