REMAJA PALESTINA JADI WALIKOTA TERMUDA DI DUNIA

Sang-Walikota Muda di Ruang Kerjanya
JAKARTA, KOMPAS.com - Di usianya yang masih 16 tahun, Bashaer Othman sudah menjadi seorang walikota di Allar, kota kecil di Tepi Barat utara, Palestina. Ia pun menjadi berita di media internasional. Remaja yang merupakan anak bungsu dari lima bersaudara itu tercatat sebagai walikota termuda di dunia.


Sejak Senin (10/9) lalu hingga Sabtu mendatang ia berada di Jakarta atas undangan World Peace Movement, sebuah yayasan yang diketuai Sofia Koswara untuk mempromosikan gerakan-gerakan perdamaian. Saat dijumpai di kantor Kedutaan Besar Palestina di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, Bashaer yang merupakan siswa tingkat pertama sebuah sekolah menengah khusus perempuan di Allar terlihat tampil lebih matang dari usianya. Ia tampak percaya diri dan sangat nyaman ketika melakukan wawancara dengan sejumlah wartawan terkait peran dan tantangan yang dihadapinya sebagai walikota Allar yang berpenduduk 8.000 orang. Ia menjawab pertanyaan dengan lancar.

Soal bagaimana mengatasi banyak warga Allar yang mencari kerja di Israel padahal bayaran di sana rendah, Bashaer mengatakan, pihaknya tidak bisa melarang warganya cari kerja di negara Yahudi itu. "Yang dapat kami lakukan adalah menciptakan langan kerja karena larang orang pergi kerja ke Israel itu tidak mungkin," katanya. Soal anggota dewan kotanya yang terdiri dari para politisi Fatah dan Hamas, ia mengatakan di Allar mereka akur-akur saja. "Tak ada masalah, mereka mendukung saya," katanya.

Bashaer memang hanya menjadi walikota untuk jangka waktu dua bulan, terhitung sejak 2 Juli lalu. Ia mengambil alih jabatan itu dari walikota yang sesungguhnya, Sufiyan Shadid. Keberadannya di posisi itu merupakan bagian sebuah proyek parlemen pemuda nasional, yaitu Forum Pemuda Sharek. Proyek tersebut  bertujuan untuk melibatkan anak-anak muda pada kerja sehari-hari pemerintah daerah Palestina. Bashaer terpilih melalui sebuah proses seleksi.

Proyek tersebut telah berjalan di seluruh wilayah Palestina. Namun Bashaer merupakan orang pertama yang mengambil peran berprofil tinggi semacam itu. Shadid mendukung penuh langkah tersebut dan menjadi mentor Bashaer selama menduduki jabatan itu.

Remaja itu mengatakan, dia 'buta' tentang pekerjaan walikota pada awalnya. Namun dengan bantuan dan kerjasama para anggota dewan kota yang beranggota 11 orang (enam dari partai Fatah yang berkuasa dan lima dari gerakan Islam Hamas yang menguasai Jalur Gaza) dan walikota, dia cepat belajar. Setiap pagi ia masuk kantor pukul 08.00, menghadapi banyak file, menandatangani surat-surat, dan bertemu dengan anggota dewan.

Ia menegaskan, jabatannya bukan formalitas. Ia punya kewenangan penuh sebagai walikota walau ada pembatasan teknis bank terkait pengguaan anggaran. Ia hanya diizinkan untuk menandatangani pengeluaran hingga mencapai jumlah 300 shekel (75 dollar AS). Di atas jumlah itu, berdasaran aturan bank, yang harus membubuhkan tanda tangan adalah Shadid.

Bashaer mengaku jadi jatuh cinta dengan pekerjaan itu dan dia bercita-cita bekerja di bidang politik nantinya.

Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N Mehdawi, mengatakan proyek itu merupakan sebuah latihan untuk membentuk pemuda palestina yang tangguh dan cinta damai. "Anda tahu situasi  Palestina. Jika orang tidak dilibatkan dan merasa terpingirkan atau tersingkir, mereka akan mudah menjadi eksrem dan terlibat kekerasan," kata Mehdawi.

Ia menegaskan, tidak ada istilah terlalu muda untuk menduduki suatu jabatan atau menjalan suatu peran. "Walikota Allar yang sesungguhnya, Sufiyan Shadid, berusia 40 tahun. Jadi masih muda juga. Bashaer 16 tahun. Ia hanya lebih muda. Ini soal membiasakan. Kalau orang biasa membuat keputusan, itu tidak jadi masalah. Maka mereka harus diberi kesempatan, dilatih membuat keputusan," kata Mehdawi.