Gereja di Atas Realitas Gaimar

Author: Jola Pollatu - Labok, S.Th.

BAGIAN PERTAMA

Lintasan Pengembaraan danAsal – Usul Jemaat GPM Gaimar.
Sebelum menggunakan nama yang sekarang kita kenal, Nama Desa “Gaimar” pernah mengalami proses perubahan sebanyak tujuh kali. Proses perubahan ini, berawal dengan nama “Mu-Mua” yang berasal dari nama salah satu jenis pohon kayu yang terdapat dalam hutan petuanan desa popjetur. Filosofi pemaknaan nama tersebut, adalah identik dengan pola hidup masyarakat yang kala itu, hidup dan berlindung di bawah rerimbunan pepohonan di tengah hutan, sebagai tempat hunian bersama keluarga mereka.
Penduduk  asli  desa   Gaimar,  terdiri   dari   Marga   Gurgurem   dan   Marga Apalem   yang berasal   dari   desa   Popjetur.   Mereka  ditugaskan  untuk mengawasi  dan menjaga bagian Barat Petuanan Desa Popjetur. Dalam perjalanannya, mereka bertemu dengan beberapa orang dari desa Karey, yang kemudian dikenal dengan Marga Karelau serta Marga Payansian, yang sekarang dikenal dengan Marga Sersian. Bersama-sama, lalu mereka membentuk sebuah Komunitas Kecil. Dalam pengembaraannya, mereka selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Seiring dengan pola hidup berpindah-pindah tersebut, terjadi pula perubahan nama tempat tinggal yang disinggahi. Dalam hal penamaan suatu tempat yang mereka tempati, biasanya mereka berpatokan pada situasi dan kondisi serta karakteristik tempat-tempat tersebut. Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa Mu-mua adalah tempat persinggahan mereka yang pertama. Tempat ini berada di tengah hutan belantara. Setelah tempat ini, persinggahan mereka berikutnya, adalah diurut sebagai berikut:
1.           Rayen Tapin.

Tempat ini, ditemukan setelah mereka susuri pesisir sungai dengan “Belang” (Jenis Perahu Tradisional Aru), untuk mencari tempat tinggal yang baru. Ketika menemukan tempat yang cocok, mereka kemudian Melabuhkan perahu-perahu belang mereka dan tinggal menetap disitu. Tempat itu mereka sebut “Rayen Tapin”, artinya Pelabuhan, tempat berlabuh dan berlindung “Belang”.

2.           Garley-Gubol.

Dari Rayen Tapin di tepian sungai, mereka masuk kembali kedalam hutan untuk berburu dan Meramu dan mendiami suatu Tempat, yang diberi nama “Garley-Gubol”, yang artinya, tempat tinggal di tengah hutan.

3.           Derasian.

Derasian, adalah nama tempat yang mereka singgahi pada perpindahan berikutnya, daerah ini terletak di tepi sungai yang deras aliran arusnya.
Di tempat inilah, kemudian lahir orang-orang Gaimar generasi pertama yang beranak cucu, hingga kini, hidup dan menetap di Desa Gaimar.

4.           Pot, Del–del.

Tahun 1942, pada masa penjajahan Bangsa Jepang, masyarakat di pesisir sungai Dera Sian, mulai mencari tempat-tempat yang aman untuk dijadikan tempat berlindung. Mereka lalu menyusuri tepian sungai dan menemukan suatu tempat yang dipenuhi bebatuan. Mereka lalu tinggal dan menjadikan bebatuan di sekitar tempat tersebut sebagai tempat berlindung dan bersembunyi, jika terdengar bunyi –bunyian yang mencurigakan, semisal bunyi pesawat udara, maka goa-goa batu yang ada di sekitarnyapun mereka jadikan tempat perlindungan. Karena itulah, tempat itu diberi nama “Pot, Del-del” yang artinya batu  berbunyi.
Selain itu, ada pula sebuah tanjung yang ditempati oleh sebagian orang yang tinggal dan berkebun, tempat itu mereka beri nama “Jejuring” yang berasal dari kata Juring, yang artinya ujung tanjung. 

5.           Gar-Ley.

Gar-Ley.yang berarti Tempayan/Surau dari Batuley (Wadah tempat menampung air yang terbuat dari Tanah Liat, yang biasanya dibuat oleh orang-orang Batuley – Aru Utara).   Disinilah mereka tinggal,  setelah pindah  dari   Pot Del-del. Nama semula tempat ini, adalah Sepal-Ukin. Di Tempat ini, terjadi wabah penyakit kulit (Kudis dan bisul-bisul yang menimbulkan borok pada tubuh).
Pada suatu saat, datang orang-orang dari Batuley (Aru Utara) membawa dagangan berupa tempayan/surau. Lalu terjadi transaksi Jual – Beli dengan cara Barteran. Sepulangnya orang-orang Batuley  tersebut, karena mewabahnya penyakit tadi, maka Sepal-Ukin kemudian diganti namanya menjadi Gar-Ley.
Konon, ketika berubah nama menjadi Gar-Ley, terjadi peristiwa kematian yang sangat luar biasa, yang merenggut nyawa anak-anak kecil hingga laki-laki dewasa. akibatnya banyak perempuan yang menjanda dan anak-anak yang menjadi piatu, ditinggal mati para suami dan atau ayah mereka. Karena peristiwa itu, akhirnya mereka menamakan tempat itu “Gar-Ley” dengan sebutan “Suram Pecah” dan bukan “Surau Pecah” yang senantiasa mengingatkan mereka pada masa-masa suram, sebelum hijrah ke Gaimar.
6.           Gaimar (Gar-Mar)

Gai-Mar sebuah nama yang disesuaikan dengan kondisi di seputaran sungai tempat dimana mereka tinggal, yang artinya sungai bercabang. Ditepian anak sungai yang bernama Sabola-Kongan, terdapat sebuah dusun kecil yang dipakai kala itu sebagai tempat berkebun. Tempat itu kemudian dijadikan perkampungan setelah peristiwa Gar-Ley, yang  telah banyak merengut banyak korban jiwa. Tempat inilah, yang kemudian dijadikan sebagai tempat untuk hidup menetap dan membangun persekutuan hidup secara bersama-sama, hingga sekarang.

Komentar